Tulisan Indah Itu Hanya Peristiwa, Cara Kamu Menulislah Yang Hebat.

Jumat, 15 Mei 2015

Komunisme Dan Islam Di Indonesia

with 0 Comment
Hidup ibarat berkelana, mencari nilai dari kehidupan. Globalisasi seakan menjadi daging dalam pikiran dewasa ini. Seseorang dipaksa menjadi skrup-skrup disetiap sendi kehidupan, bergerak tanpa mempedulikan seruan keletihan yang tak kunjung diam. Kalau perlu suntikan tenaga untuk memaksa bergerak pada kejamnya globalisasi. Post-modernisme selalu berteriak mengingatkan kekejaman yang masih akan datang.


Sudah setengah abad lebih Indonesia memproklamasikan menjadi Negara berdaulat, Negara yang merdeka. Perjalanan bangsa ini sungguh menguras tenaga penuh keringat para pejuangnya. Pergerakan-pergerakan yang berada didalamnya, baik yang muncul dipermukaan dan yang dengan samar-samar melangkahkan kaki mencari kemerdekaan.

Komunisme dan Islam memang berbeda, keduanya bertentangan dalam hal kajian. Komunisme sebagai penalaran rasional dan objektif, dan Islam sebagai keimanan dan kepercayaan. Kebenaran diantara keduanya juga berbeda, agama bersifat absolut sedang komunisme merupakan ideologi bersifat relatif nan hipotesis.

Komunisme pada perjalanannya di dunia memang suatu gerakan revolusioner. Sebuah manifesto politik pada tahun 1848 yang dirangkai oleh dua orang filsuf barat ; Karl Marx dan Friedrich Engels. Sebuah ideologi yang memperjuangkan kelas dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian berubah menjadi alat perlawanan terhadap imperialism-kolonialisme.  Selain berkembang di dunia komunis juga berkembang pesat di Indonesia pada awal abad 20, yakni disaat pergerakan mulai bermunculan yang dipelopori oleh Budi Utomo sebagai sekolah rakyat.

Di Indonesia paham marxisme dibawa oleh seorang sosialis dari belanda bernama Henk Sneevliet. Karena jiwa berontaknya terhadap imperialis di belanda dia menjadi daftar buronan yang selanjutnya mengantarkannya ke Indonesia. Disinilah Sneevliet mulai menyusup mendoktrin orang Indonesia khususnya Sarekat Islam (SI). Lantas muncul pertanyaan, kenapa di Indonesia pada permulaan diterimanya paham komunis diterima oleh kebanyakan kaum muslim bahkan yang agamis, seperti Haji Misbach yang taat beragama dapat menerima komunis?

Komunis sebagai basis perlawanan, pembebasan, pemberontakan terhadap penindasan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan Islam dan Komunis yakni Marxisme sebagai landasan memiliki satu tujuan, yakni menghapus penindasan. Haji Misbach berpandangan bahwa nilai-nilai Islam berpihak pada kaum tertindas. Hal inilah yang mempertemukan Islam dan Marxisme dalam suatu visi. Misbach, menangkap Islam sebagai agama yang revolusioner yang dalam sejarah Nusantara telah menimbulkan pemberontakan-pemberontakan lokal yang bertema pembebasan. Meskipun pada perjalanannya lika liku perjuangan kaum komunis Indonesia tak sedikit mendapat hambatan, yang kemudian ada perpecahan dalam tubuh SI; SI merah dan SI putih. Bahkan Agus Salim selepas ditangkapnya Tjokroaminoto, melakukan pembersihan dari nilai-nilai komunisme.
Kalangan ulama-ulama banten juga menerima komunisme karena kekecewaan mereka pada kepemimpinan Tjokroaminoto. Banyak kalangan tokoh dan ulama Islam yang menerima komunis pada waktu itu, bahkan mereka bersama pendekar memainkan peranan penting dalam pemberontakan PKI pada 1926.

Tan Malaka juga mempertanyakan dalam pidatonya Kongres Komunis Internasional ke-empat pada tanggal 12 Nopember 1922, apakah komunis di Indonesia akan berpihak pada Pan-Islamisme ?
Pada awal berdirinya Komunis di Indonesia, sebagai mana dijelaskan di atas bahwa komunis bekerja sama dengan kaum muslim yang terikat dengan organisasi terbesar di Indonesia yaitu Sarekat Islam. Antara tahun 1912 dan 1916 Sarekat Islam memiliki lebih dari sejuta anggota, diperkirakan sebanyak tiga atau empat juta. Pergerakan mereka bisa dibilang sebuah gerakan popular yang sangat besar, yang timbul secara spontan dan sangat revolusioner. Propaganda yang dilakukan kaum komunis ditubuh SI berbuah hasil. Sarekat Islam menggunakan slogan kaum komunis hanya dalam bentuk yang berbeda: “Semua kekuasaan untuk kaum tani miskin, Semua kekuasaan untuk kaum proletar!.”
Namun pada tahun 1921 sebuah perpecahan timbul karena kritik yang ceroboh terhadap kepemimpinan Sarekat Islam. Pemerintah melalui agen-agennya di Sarekat Islam mengeksploitasi perpecahan ini, dan juga mengeksploitasi keputusan Kongres Komunis Internasional Kedua: Perjuangan melawan Pan-Islamisme! Apa kata mereka kepada para petani jelata? Mereka bilang: Lihatlah, Komunis tidak hanya menginginkan perpecahan, mereka ingin menghancurkan agamamu! Itu terlalu berlebihan bagi seorang petani muslim. Sang petani berpikir: aku telah kehilangan segalanya di dunia ini, haruskah aku kehilangan surgaku juga? Tidak akan! Ini adalah cara seorang Muslim jelata berpikir. Para propagandis dari agen-agen pemerintah telah berhasil mengeksploitasi ini dengan sangat baik.

Terlepas dari pemberontakan kaum komunis di negeri ini yang terpatahkan, juga kejadian Gerakan 30 September yang mengambing-hitamkan para komunis yang tergabung di PKI, komunis dan Islam pernah harmonis bahkan keduanya saling menyokong dalam kemerdekaan republik Indonesia.
“Masuklah kalian ke dalam Islam secara penuh (QS: al-Baqarah [2]: 208)”
Gus Dur berkata, kedamaian yang mempunyai makna bagi universalitas nilai.  Saya reinterpretasi bahwa kaum muslim harus selamat (islam) tidak hanya dalam akidah melainkan juga dalam kemakmuran, kesejahteraan, dan melawan terhadap penindasan.

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan komentar yang sopan dan baik.