MOOTTAQIN

Tulisan Indah Itu Hanya Peristiwa, Cara Kamu Menulislah Yang Hebat.

Rabu, 12 Oktober 2016

Potret Pendidikan Di Desaku

with 0 Comment
Alhamdulillah aku terlahir di sebuah desa dengan kultur agama Islam yang cukup kuat. Aku lahir di sebuah desa daerah Malang Selatan, tepatnya Desa Ganjaran Kecamatan Gondanglegi. Disana aku dilahirkan juga dibesarkan. Kali ini aku akan sedikit memberi gambaran terkait potret pendidikan dikampung halamanku ini.

Desa yang dihuni 8000 lebih penduduk ini sebenarnya tidak terlalu luas. Namun desa ini cukup menarik perhatian orang-orang luar yang datang berkunjung ke desa ini. Desa ini memiliki 18 lebih pondok pesantren, juga sudah memiliki sekolah formal yang cukup kompleks, ada PAUD, TK, SDN, Mts, SMP, MA, SMK, SMA. Dengan rincian sebagai berikut:

01 PP Raudlatul Ulum I (PPRU I)
02 PP Jarlaok (Al-Mubarok)
03 PP As-Senamiyah (PPRU II)
04 PP Al-Azhar
05 PP Mansyaul Ulum
06 PP Hikmatul Hasanah
07 PP Tahfidzil Qur'an
08 PP Tarbiyatul Banat
09 PP Nurul Hikmah
10 PP Nurul Ulum (PPRU III)
11 PP Miftahul Ulum (PPRU IV)
12 PP Al-Bukhori (PPRU V)
13 PP Al-Fudloli
14 PP Hidayatul Mubtadi'in (PPRU VI)
15 PP Zainul Ulum
16 PP Al-Falah

Sedangkan masjid di desa ini ada 3 yaitu:
01 Masjid Zainal Alim
02 Masjid Asy-Syafi'iyah
03 Masjid Al-Bukhori

Tidak kalah dengan pesantren dan tempat ibadah, lembaga pendidikan formal (sekolah, madrasah dan diniyah) juga bertebaran di desa ini. Uraiannya dapat dipilah sebagai berikut:

Sekolah Tingkat Pra TK dan Taman Kanak-kanak:
01 PAUD Al-Falah
02 PAUD Mansyaul Ulum
03 PAUD Al-Hidayah [dalam proses pengajuan]
04 RA Raudlatul Ulum
05 RA Mansyaul Ulum
06 RA Al-Falah
07 RA Al-Hidayah

Di tingkat ini terdapat beberapa lembaga pendidikan Al-Qur'an:
01 TPQ Dauq (Dirasah Awaliyah fi Ulumil Qur'an) di PP Miftahul Ulum (PPRU IV)
02 TPQ Al-Qoffal
03 TKQ-TPQ Durrotul Athfal
04 TPQ Al-Hidayah

Sekolah Tingkat Dasar:
01 MI Raudlatul Ulum
02 MI Mansyaul Ulum
03 MI Zainul Ulum
04 SD Plus NU Al-Fudloli
05 SDI Al-Falah
Sekolah tingkat dasar ini ditambah dengan adanya SDN Ganjaran.

Sekolah Tingkat Menengah Pertama
01 MTs Raudlatul Ulum putra-putri
02 MTs Mansyaul Ulum
03 MTs Zainul Ulum
04 SMP Pesantren Raudlatul Ulum
05 SMP Plus NU Al-Fudloli
06 SMP Al-Falah

Sekolah Tingkat Menengah Atas
01 MA Raudlatul Ulum putra-putri
02 MA Mansyaul Ulum
03 MA Zainul Ulum
04 SMA NU Al-Fudloli
05 SMK Al-Khozini
06 SMK Al-Falah
07 SMK NU Al-Fudloli

Ada pula Madrasah Diniyah (Madin) :
01 Madin Raudlatul Ulum
02 Madin Mansyaul Ulum
03 Madin Miftahul Ulum (PPRU IV) (04) Madin Durrotul Athfal
05 Madin NU Al-Fudloli
06 Madin Al-Hidayah
07 Madin As-Sanamiyah (PPRU II)
08 Madin Raudlatul Mubtadi’in (PPRU VI)

Dengan sekian banyak tongkat estafet perjuangan yang masih bertahan ini, harapannya semoga terus bertahan, tak terbawa arus, dan terus bermanfaat dan berkontribusi banyak bagi masyarakat dalam andil ikut memajukan bangsa, hingga akhir kiamat. Amin

Tak ada maksud untuk berbangga hati karena lahir di desa ini, namun boleh lah bersyukur karena hidup dilingkungan yang kultur pesantrennya kuat.

Kamis, 18 Agustus 2016

Karena Era Akan Terus Berganti

with 0 Comment
Hidup manusia pasti akan mengalami siklus. Karena pergantian siklus adalah suatu kepastian. Ada saatnya pemikiran lama digantikan dengan pemikiran yang baru, dan seterusnya. Bahkan bisa jadi pemikiran lama itu terulang, menggantikan pemikiran yang baru. Atau antara pemikiran devian dan pemikiran minoritas saling bertukaran.

Selasa, 29 Maret 2016

Hari Libur Nasional Dari Indonesia Untuk Dunia

with 0 Comment
Seluruh warga dunia pasti punya hari-hari special masing-masing. Sama halnya di Indonesia, banyak hari-hari libur umum di Indonesia. Seperti hari-hari nasional, hari-hari keagamaan yang dibuat libur nasional, seperti idul fitri, nyepi, hari paskah, dan lain-lain. Tapi bagi saya Indonesia harus punya rasa bagian dari dunia. Indonesia adalah bangsa yang besar. Kita mulai dari bangsa kita sendiri, bertepatan dengan hari "Nyepi" bagi umat Hindu di Indonesia beberapa hari yang lalu, saya rasa tidak ada salahnya jika juga diterapkan hari “nyepi” nasional. Selain demi kesehatan bumi, juga bagus bagi masyarakat secara kesehatan meski mungkin ekonomi makro akan sedikit berdampak kurang bagus, ah saya tidak begitu paham soal ekonomi, saya bukan anak ekonomi, hehe. Akan tetapi mari kita lihat kondisi polusi bangsa kita, sangat jauh jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa adigdaya seperti Amerika. Disana meski Negara yang bisa dibilang pusatnya elektronik, tapi polusi disana lebih baik. Padahal Indonesia adalah jantung dunia, yakni hutan yang masih terjaga.

Ide saya ini, tidak hanya melulu soal “nyepi” nasional. Saya tidak ada maksud untuk menyerupai kegiatan keagamaan manapun, saya hanya bisa sedikit mengambil hikmah dari kegiatan “nyepi” yang dilakukan oleh saudara kita hindu di Bali. Dengan kegiatan nyepi itu, masyarakat beristirahat dari kegiatan apapun dengan merenung segala penciptaan alam, social, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain. Jadi bisa mengurangi tingkat stress masyarakat.

Pada intinya, bagaimana peran Indonesia sebagai bangsa berperadaban yang memiliki kontribusi terhadap dunia secara makronya yakni bisa jadi mengurasi polusi sehingga udara yang kita hirup lebih sehat, dan menyehatkan masyarakat Indonesia dengan memberi hari istirahat. Namun jangan disamakan hari nyepi nasional ini dengan hari libur pada umumnya, ya mari kita gunakan hari libur tersebut dengan bijak dengan menerapkan libur “nyepi” yang sebenarnya. Tidak naik kendaraan, tidak keluar rumah, tidak membakar, dan lain-lain yang saya sendiri belum tau pasti apa mereka-umat hindu bali- lakukan didalam rumah.

Atau bisa pula hari bersih-bersih nasional, hari menanam nasional, dan hari-hari special lainnya sebagai bukti kecil sumbangsih kita pada dunia. Wallahua’lam

Sumber gambar : pemerintah.net

Sabtu, 26 Maret 2016

Titik Terang Syariat Yang Ditegakkan

with 0 Comment
Perjalanan Islam sebagai agama yang menjunjung kemanusiaan tak pernah lepas dari catur perpolitikan. Hal tersebut terlihat dari sejarah peradaban Islam yang saya pelajari, bahwa pada era ke-khalifahan beberapa dinasti banyak para penguasa Islam pada saat itu menjadikan ulama-ulama sebagai legalitas atau pemberi fatwa agar umat pada umumnya mau mentaati semua perintah dari para pemimpin. Hal tersebut tidak hanya yang memang berhubungan dengan kemaslahatan umat sendiri, melainkan juga yang berhubungan dengan kepentingan oknum maupun kelompok. Hal ini juga terjadi dalam catur perkembangan Kristen di eropa.

Sumber gambar : dtislam.blogspot.co.id

Untuk mengetahui mana hokum syariat yang memang murni dari Islam dan mana hokum yang berhubungan dengan perpolitikan pada masa lampau yang terpelihara sampai sekarang, saya rasa sangat perlu untuk mengkaji mana yang benar-benar hukum Islam dan mana yang hokum “abal-abalan” Islam dibawah kelicikan perpolitikan pada masa ke-khalifahan.

Meskipun demikian bukan berarti saya skeptis terhadap setiap doktrin hokum sekarang, hanya saja dengan semakin tuanya umur dunia maka semakin besar kemungkinan kita hidup diera yang oleh Rasulullah shollallohu alaihi wasallam dulu sering diingatkan bahwa akan datang dizaman akhir manusia yang semakin jauh dari jalan yang benar. Kita harus berusaha mencari dan berijtihad kembali dengan menelaah hukum-hukum yang selama ini kita pahami dan ikuti.

Karena Islam diturunkan kepada umat yang kritis dan analisis yang mencintai ilmu kebenaran.

Senin, 17 Agustus 2015

Menyoal "Kemerdekaan" di 17 Agustus 2015

with 0 Comment
Sudah ke 70 tahun perayaan kemerdekaan bangsa Indonesia selalu dirayakan. Bukan kenapa, karena bangsa yang besar akan selalu mengingat perjuangan para pendahulunya, pahlawan. Namun bulan agustus tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Agustus tahun 2015 ini disambangi beberapa peristiwa yang cukup menarik perhatian khalayak umum. Mulai dari dua organisasi Islam terbesar di negeri ini yang melakukan Muktamar, pelambanan ekonomi, hingga menilik kemerdekaan hari ini.

Kemerdekaan Indonesia sejatinya lebih awal dari kemerdekaan beberapa negara tetangga, seperti Singapura, malaysia, dan brunai darussalam. Tapi kalau melihat kondisi sosial secara ekonomi Indonesia masih dibawah negara tetangga tersebut. Entah apa sebenarnya yang terjadi, karena saya memang bukan pakar di bidang ekonomi juga politik karena pengetahuanku pada keduanya masih sangat kurang. Kenapa harus ekonomi dan politik? karena pada keduanya bagi saya bangsa bergantung pada gilirannya berimbas pada sosial juga pendidikan. Namun pada kali ini saya hanya mencoba melihat makna "Kemerdekaan" bangsa ini sejauh yang saya mampu.

Pada awal bulan ini yang menarik perhatian saya adalah muktamar dua organisasi Islam di negeri ini, NU dan Muhammadiyah. Pada muktamar kali ini, keduanya mengusung tema yang saling mendukung satu sama lain, mereka kompak untuk menjadi organisasi yang akan memperjuangkan bangsa yang maju, cerah, beradab dan progresif.

Dua organisasi ini kebetulan sama-sama memberikan fatwa yang menarik bagi pelaku korupsi. NU mengusungkan sepakat setelah melalui bahtsul masa'il terkait hukuman mati bagi koruptor, pun selain pembunuhan, produsen, pemasok, dan pengedar narkoba. Sedang Muhammadiyah mengusungkan pelarangan sholat jenazah terhadap pelaku korupsi / koruptor. Hingga tadi malam dua fatwa yang usung oleh organisasi tersebut di layar televisi. Tentu fatwa tersebut akan ada dampak positifnya yang juga bisa terjadi kontroversial. Terutama bagi aktivis HAM.

Kondisi lain terkait pelambanan ekonomi Indonesia hingga pelemahan nilai ekonomi, terlihat dari nilai tukar mata uang rupiah yang bisa dibilang sudah tak ada harganya. Belum lagi dengan persoalan pelik lainnya bangsa ini.

Entah harus bagaimana, saya sebagai rakyat yang belum bisa memberikan sumbangsih apa-apa pada bangsaku ini terhenyak karena di kemerdekaan bangsa yang sudah berumur 70 tahun ini, bangsa ini masih jauh dari impian kemerdekaan yang dulu di impikan oleh para pahlawan.

Akhir kata, meski permasalahan negeri ini beigtu komplit, namun bangsa ini masih bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi jika melihat negeri tetangga kita harus malu, malu karena kita belum merdeka secara ekonomi, belum merdeka secara politik, belum merdeka secara pendidikan. Kita harus "SADAR" dan "PEDULI" untuk lebih berjuang lagi baik secara mikro maupun makro. Pribadi juga kelompok. Wallahua'lam