Dulu saya juga pernah diceritakan oleh paman. Dulu desa Ganjaran ini sempat dijadikan kiblat kajian keagamaan di wilayah Malang selatan, sebagai referensi pendapat keagamaan ketika disuatu daerah terdapat masalah terkait syariat, tutur beliau. Dari cerita beliau, saya bangga lahir didesa pesantren ini.
Namun seiring bergelindingnya zaman yang begitu cepat. Terkadang terasa risau melihat kondisi sosial sekarang. Masih kuat ingatanku, ketika dulu aku masih kecil hingga berumur 13 tahunan masih belum pernah melihat anak desa yang berlenggang memperlihatkan auratnya sedemikian vulgar. Namun kini, melihat aurat yang vulgar sudah bukan hal tabu. Negeri ini sudah mengalami krisis moral.
Dan ada hal lain yang bagi saya perkembangannya sangat lamban untuk negeri yang sudah merdeka 70 tahun ini. Yaitu pelayanan masyarakat. Yang saya tau dari periode ke periode dari pergantian Kepala Desa di desaku ini, tak banyak memberikan pengaruh. Seakan pergantian periode ke periode tak ada artinya. Dimulai dari perangkat desa yang sepertinya bukan bidang profesional mereka, hingga Kepada Desa. Yang saya tahu visi dan misi periode mereka begitu mulia nan bagus apabila benar-benar terealisasi. Namun nyatanya sebagian kecil yang terealisasi. Dari periode ke periode yang dirasakan hanya terkait perbaikan jalan. Soal perkembangan ekonomi, pendidikan, juga sosial desa sepertinya tak banyak berpengaruh.
Demi berkembangnya pelayanan masyarakat, seyogyanya ada transparansi terkait program kerja desa juga pendapatan desa. Sehingga masyarakat tahu apa yang mereka lakukan, mereka yang oleh rakyat desa ini percaya. Mereka yang diberikan amanah. Mereka yang menjadi wakil rakyat desa.
Pergantian kepada desa belumlah terlalu lama, namun lagi-lagi yang terlihat perkembangannya dari pembangunan desa hanya perbaikan jalan. Ku lihat petani-petani desa ini tak ada yang berhasil karena campur tangan dari desa. Seakan pemilihan kepada desa yang dilakukan 5 tahun sekali itu hanya agenda rutinan yang tak begitu berdampak bagi para pemilihnya. Atau semua ini hanya anggapan saya saja yang tak sesuai realita. Wallahu a'lam
“ Istilah korupsi, suap, pembobolan, mark up, catut, artinya sama. Tidak jujur. Artinya sama, tidak menuju ke keadilan sosial. Artinya, merampas nyawa kehidupan lain”. Arswendo Atmowiloto
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan komentar yang sopan dan baik.